Adalah suatu harapan dan cita - cita dari para orang tua, guru, maupun masyarakat pad umumnya untuk memiliki anak - anak yang sehat jasmani dan rohani. Betapa tenang dan tentramnya hati bila melihat anak - anak bermain riang gembira, pandai, tekun dalam belajar dan bekerja, bebas dan lincah dalam mengutarakan buah pikiran dan kreativitasnya, banyak teman dan dapat menyesuaikan diri dengan baik dalam berbagai lingkungan dimana ia berada.
Harapan ini tentu menyangkut pertumbuhan dan perkembangan yang paling optimal dari segi fisis, emosi, mental, dan sosial setiap anak. Tetapi suatu kenyataan yang tidak dapat dipungkiri adalah adanya sejumlah anak yang memperlihatkan perilaku sumbang, bertingkah laku yang tidak sesuai dengan norma yang berlaku, baik norma budaya, norma umur, norma kecapakan / keterampilan maupun norma sosial yang berlaku dalam lingkungan di mana anak berada. Tingkah laku mereka mengalami gangguan dan kelainan ( disorder ), yang biasanya lebih dirasakan oleh lingkungannya dari pada oleh anak sendiri.
Kelainan tingkah laku ( Behavior disorder )
Suatu kelainan tingkah laku tidak hanya didiagnosis berdasarkan pada tampaknya satu jenis / bentuk tingkah laku yang spesifik, tetapi berdasarkan gejala - gejala jamak ( multiple symptomatology ) yang sifatnya terus - menerus ( persistent ) dan menyebabkan orang yang mengalami kelainan secara sosial lumpuh.
Pada anak - anak, kelainan tingkah laku biasanya berkaitan dengan tahap perkembangan dan situasi tertentu, misalnya anak berumur 5 tahun masih suka mengompol bila dirumah sendiri, tetapi bila menginap di tempat lain ia tidak mengompol; anak usia Sekolah Dasar di sekolah sangat agresif dan mengganggu, sedangkan di rumah sama sekali tidak demikian atau sebaliknya. Dari kedua contoh diatas nyata bahwa tidak mudah untuk menentukan apakah sesuatu kelainan tingkah laku yang diperlihatkan anak merupakan suatu penyimpangan.
Buckle dan Lebovici ( 1960 ) menekankan bahwa semua anak pada suatu waktu tertentu akan memperlihatkan tanda - tanda gangguan tingkah laku. Kanner ( 1960 ) menyatakan bahwa kelainan tingkah laku itu lebih berkaitan dengan ambang ketergangguan ( annoyance threshold ) dari lingkungan dan bukan pada kualitas tingkah laku itu sendiri. Ditambahkannya pula bahwa tidak ada kriteria yang mutlak tentang normalcy, penilaian tentang terganggu tidaknya suatu tingkah laku berhubungan erat dengan sikap dari agent yang menilai tingkah laku itu.
Anthony ( 1967 ) menyatakan ada 2 tipe kelainan tingkah laku, yaitu :
1. Phase spesific, yaitu suatu kelainan yang terjadi hanya pada satu tahap tertentu dari perkembangan. Misalnya anak membangkang pada fase umur sombong (trotz - alter ). Pada kelainan jenis ini biasanya keadaan lingkungan relatif baik dan tidak ada kelainan konstitusi pada diri anak. Mereka yang mengalami kelainan jenis ini pada umumnya dapat melewati masa - masa sukar tersebut.
2. Diffuse variety, yaitu suatu kelainan tingkah laku yang muncul / ada pada setiap tahap perkembangan. Disini biasanya terhadap lingkungan yang cenderung patologis dan konstitusi anak memang peka untuk terjadinya kelainan ini.
Hinsie dan Campbell ( 1960 ) memandang kelainan tingkah laku sebagai reaksi terhadap lingkungan yang tidak menguntungkan dan kelainan ini dapat tampil sebagai masalah dalam perkembangan kepribadian ( misalnya terpupuknya sifat - sifat yang tidak diinginkan ), sebagai gangguan perbuatan ( termasuk di sini kecenderungan perbuatan anti sosial ), sebagai reaksi nerotis dan sebagai masalah sekolah.
Ross ( 1974 ) menghubungkan kelainan tingkah laku ini dengan penyimpangan tingkah laku dari norma sosial yang berlaku, tingkah laku mana dinilai oleh orang yang lebih tua ( dari anak ) berdasarkan frekuensi dan intensitasnya.
Kelainan ini dapat merupakan tingkah laku yang kurang ( defficient behavior ) atau merupakan tingkah laku yang berlebihan ( excess behavior ).
Dari pendapat para ahli di atas jelaslah bahwa suatu kelainan harus dipandang dari sudut interaksi antara anak dengan lingkungannya atau dengan perkataan lain adanya kelainan tingkah laku merupakan tanda adanya masalah dalam interaksi ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar