Jumat, 12 Desember 2014

DEHIDRASI

Keadaan ini terjadi bila cairan yang dikeluarkan dari tubuh melebihi cairan yang masuk.
Normal cairan ke luar dari tubuh melalui :
a. Ginjal sebagai urine
b. Kulit sebagai keringat dan uap
c. Paru - paru sebagai uap
d. Usus sebagai tinja
Cairan yang ke luar biasanya disertai dengan elektrolit.
Pembagian dehidrasi berdasarkan tonisitas darah :
1. Dehidrasi isotonik : tidak ada perubahan konsentrasi elektrolit darah.
2. Dehidrasi hipotonik : konsentrasi elektrolit darah turun.
3. Dehidrasi Hipertonik : konsentrasi elektrolit darah naik, biasanya disertai rasa haus dan gejala neurologis.
     Karena tonisitas darah terutama ditentukan oleh kadar natrium di dalam plasma, maka biasanya penentuan jenis dehidrasi tersebut dilakukan berdasarkan kadar natrium tersebut, yaitu :
1. Dehidrasi isotonik, bila kadar natrium dalam plasma 130 - 150 mEq/1 dan dapat disebut juga sebagai dehidrasi isonatremia.
2. Dehidrasi hipotonik, bila kadar natrium dalam plasma kurang dari 130 mEq/1 dan dapat disebut dehidrasi hiponatremia.
3. Dehidrasi hipertonik, bila kadar natrium dalam plasma lebih dari 130 - 150 mEq/1 dan dapat disebut juga sebagai dehidrasi hipernatremia.
Dehidrasi juga dapat dibagi berdasarkan derajatnya, yaitu :
1. Dehidrasi ringan bila kehilangan cairan mencapai 5% berat badan.
2. Dehidrasi sedang bila kehilangan cairan diantara 5% - 10% berat badan.
3. Dehidrasi berat bila kehilangan cairan lebih dari 10% berat badan.
Anak besar dan orang dewasa, bila kehilangan cairan lebih dari 5% berat badannya sudah dianggap menderita dehidrasi berat.
Untuk mempertahankan volume plasma, tubuh akan menggunakan cairan interstisial dan intra sel, sehingga terjadi dehidrasi intrasel. Oleh karena itu dehidrasi baru dianggap lengkap, bila baik cairan ekstrasel, maupun cairan intrasel dan interstisial sudah kembali normal. Dehidrasi pada anak dapat disebabkan masukan cairan yang kurang atau karena terlampau banyak cairan yang hilang.
Kehilangan cairan yang berlebihan dapat terjadi melalui :
1. Kulit, misalnya banyak berkeringat pada udara panas, demam, luka bakar dan sebagainya.
2. Traktus digestivus, misalnya melalui muntah - muntah, diare, fistel dan lain - lain.
3. Traktus urinarius, misalnya diabetes insipidus, diabetes melitus.
4. Paru - paru, misalnya hiperventilasi.
5. Pembuluh darah, misalnya perdarahan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar