Kamis, 04 Desember 2014

Etiologi perkembangan kelainan tingkah laku

Seringkali dipertanyakan mengapa di dalam suatu keluarga yang biasa saja, terdapat anak yang manis dan baik, tetapi ada juga yang nakal, bandel, sukar diatur bahkan sering menimbulkan kesulitan. Hal ini berkaitan dengan konsep risiko ( concept of risk ) yang menerangkan bahwa disatu pihak memang ada prakondisi yang memungkinkan terjadinya kelainan tingkah laku ( misalnya derajat mudah dikenalnya sesuatu dan predisposisi ) dan dipihak lain adanya stres, trauma, pengaruh buruk dalam lingkungan. Oleh May, kedua unsur konsep risiko ini diterangkan melalui contoh berupa 3 boneka, sebagai prakondisinya ialah satu dari kaca, satu dari seluloid dan satu lagi dari baja. Ketiga boneka tersebut dipukul dengan palu yang berkekuatan sama ( sebagai pengaruh lingkungan ). Akibatnya satu menjadi pecah,  satu hanya tergorea dan yang satu lagi justru menimbulkan suara nyaring. Kedua unsur ini, yaitu unsur individu dan  unsur lingkungan merupakan dua hal yang paling mempengaruhi untuk terjadinya kelainan tingkah laku.

Ada 5 macam risiko yang dapat merupakan penyebab kelainan tingkah laku yaitu :
1. Faktor turunan ( heredity )
2. Faktor bawaan ( constitutions )
3. Lingkungan ( environments )
4. Situasi dan pengalaman ( situations and experiences )
5. Segi perkembangan ( points in development )

Risiko tinggi dalam hereditas ( turunan )
Dalam hal ini dimaksudkan semua unsur yang berhubungan dengan faktor genetik yang memungkinkan terjadinya kelainan tingkah laku. Anthony ( 1968 ) mendasarkan penelitiannya pada anak - anak yang mempunyai salah satu atau kedua orang tuanya skizofrenia ( kurang waras ) dan ternyata 18% dari sample menjadi seperti orang tua mereka. Anak - anak ini pada masa anak - anaknya menunjukkan tingkah laku menarik diri, curiga dan tiba - tiba regresi. Dengan demikian berarti kepekaan untuk bertingkah laku lain dari yang lain telah ditentukan secara genetis, sedangkan faktor lingkungan hanya tinggal mencetuskannya saja.

Risiko tinggi faktor bawaan ( konstitusional )
Setiap orang dilahirkan dengan konstitusi ( faktor bawaan ) yang unik. Konstitusi ini menyangkut tanda - tanda fisis dan temperamen. Tanda fisis misalnya hidung mancung, mata jeli, raut muka cantik / cakap atau keadaan yang sebaliknya. Hal ini dimiliki sejak lahir dan dapat mempengaruhi perkembangan anak, misalnya dalam bentuk kualitas hubungan anak dengan orang tua, teman - teman dan sebagainya. Lingkungan cenderung memberikan respons positif terhadap anak - anak yang menarik dari pada terhadap anak yang mempunyai kelainan. Dalam hal temperamen ( gaya tingkah laku seseorang ), Thomas, Chese, Birch ( 1968 ) mengemukakan adanya pola gaa tingkah laku yang sifatnya individual. Ada beberapa temperamen yang tidak langsung menyebabkan kelainan, tetapi merupakan prediktor dari timbulnya kelainan tingkah laku ( misalnya ketidak- teraturan, ketidak-sesuaian / non adaptability, respons menarik diri, mood yang negatif dalam intensitas yang tinggi ). Untuk mengetahui apakah temperamen mempunyai andil dalam kelainan tingkah-laku seseorang, diperlukan suatu penelitian tentang hubungan  temperamen tertentu yang dimiliki anak tersebut dengan lingkungannya. Misalnya seorang anak yang memiliki tingkah aktifitas yang tinggi, tentu akan senang untuk aktif, bergerak ke sana kemari. Tetapi bila ia dihadapkan kepada lingkungan yang membatasinya dan menekankan keteraturan, maka akan timbul keluhan dari lingkungan atau orang  tua bahwa anak tersebut merupakan anak yang tidak rapih, tidak tekun, keras kepala dan sebagainya. Ketidak-senangan yang timbul pada kedua pihak akan memudahkan tercetusnya kelainan tingkah-laku.

Risiko tinggi faktor Lingkungan
Dalam hal ini dimaksudkan hal - hal dalam lingkungan yang dianggap mengandung risiko tinggi untuk terjadinya kelainan tingkah laku, yaitu :
1. Lingkungan nonfamilial ( tidak mengandung suasana kekeluargaan ).
Penelitian Spitz membuktikan bahwa anak - anak yang tinggal di suatu lembaga akan mengalami deprivasi,yakni disamping mengalami keadaan terpisahkan dari orang tua, kemiskinan dan malnutrisi, juga menderita kekurangan rangsangan sensoris, isolasi sosial dan budaya. Deprivasi pada masa dini merupakan kunci terjadinya kelainan tingkah laku. Bowlby ( 1951 ) menyatakan bahwa untuk mendapat kesejahteraan jiwa, seseorang hendaknya mendapatkan kehangatan, kemesraan dan hubungan yang erat dari tokoh ibu ( pengganti ibu ) pada masa awal dari kehidupannya.
2. Kelainan hubungan antara orang tua dengan anak
Sikap umum dari orang tua terhadap anak ialah menerima atau menolak. Bila terdapat sikap menerima yang berlebihan, maka akan timbul sindrom overproteksi. Orang tua yang menerima anak tetapi dengan cara menguasainya ( Otokratik ), akan memupuk ketergantungan yang berlebihan, pasif, hubungan yang buruk dengan teman sebaya. Sebaliknya bila sikap menerima dilakukan dengan cara memberi kebebasan penuh pada anak, maka akan terjadi anak dengan Indulged type, yaitu anak yang tidak patuh, banyak menuntut, ingin selalu menguasai dan sebagainya. Dengan sikap menolak, maka kontak dan perhatian pada anak sangat kurang atau bahkan tidak ada, sehingga anak seperti ini tidak pernah mendapatkan pengawasan dan mudah menjadi nakal, agresif dan bertingkah laku antisosial.
3. Kelainan dalam keluarga ( family pathology )
Orang tua yang secara psikologis tidak berhasil untuk berkembang dapat menyebabkan gangguan / kekacauan dalam Vectoral relationship. Pada anak akan didapatkan penyesuaian yang salah akibat orang tua yang terlalu mengabdikan diri pada anak sehingga melupakan pengembangan dirinya sebagai orang tua atau sebaliknya terlalu banyak menuntut dari anak. Demikian pula karena di dalam keluarga terjadi penerusan nilai - nilai norma - budaya, maka suatu kelainan tingkah laku dapat saja dijangkitkan melalui hubungan orang tua dengan anak.
4. Orang tua yang sakit
Anak sangat peka terhadap suasana yang diakibatkan oleh orang tua yang terganggu atau mengganggunya.

Risiko tinggi dalam situasi dan pengalaman
Contoh umum mengenai situasi yang dapat mempunyai nilai risiko untuj terjadinya kelainan tingkah laku ialah keadaan perpisahan ( separation ). Gregory dalam penelitiannya menemukan banyak delikuensi pada anak yang kehilangan ayahnya, sedangkan Rutter menemukan bahwa gangguan tingkah laku biasanya belum muncul dalam 5 tahun setelah kematian orang tua. Situasi dan pengalaman yang mempunyai risiko tinggi lainnya adalah perawatan di rumah sakit, penyakit dan berbagai trauma psikis.

Risiko tinggi dalam perkembangan
Di dalam psikologi perkembangan dikenal adanya periode kritis ( critical periodee dan critical stages ) yaitu saat di mana masa depan dari pola tingkah laku anak tersebut ditentukan.
Adanya masa perkembangan yang panjang memungkinkan manusia memperkaya diri, tetapi kadang - kadang terjadi interupsi yang menimbulkan ketidak seimbangan dan maladaptasi. Pada individu tertentu yang peka terhadap interupsi ini dapat terjadi keadaan yang berakibat lanjut menjadi kelainan psikiatris.
Ada masa - masa tertentu dimana anak banyak dibawa ke klinik bimbingan anak berkaitan dengan perubahan pertumbuhan fisis, cara berfikir dan proses memasuki suatu sistim pendidikan baru.
Kesimpulan yang tegas mengenai sebab dari suatu kelainan tingkah laku tidaklah mudah. Setiap kelainan tingkah laku dapat di cari sebabnya dari dalam diri anak maupun dari dalam lingkungannya. Adanya risiko tinggi dari kedua unsur tersebut, memudahkan timbulnya kelainan tingkah laku. Suatu kelainan tingkah laku hendaknya ditinjau dari sudut interaksi antara anak dengan lingkungannya. Anak pada taraf perkembangan yang berbeda dengan jenis masalah yang berbeda, memerlukan pengertian dan penanganan yang khas dan sebagai orang tua hendaknya tidak hanya memberikan label kelainan tingkah laku secara umum untuk semua pada segala tahap perkembangannya.
Dengan mengenal 5 hal yang dapat mengandung risiko tinggi untuk terjadinya kelainan tingkah laku, diharapkan pengertian yang luas akan masalah yang dihadapi anak maupun lingkungannya dan mengusahakan agar anak dan lingkungannya berada dalam pertumbuhan dan perkembangan yang sehat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar